Mengelola ketertiban umum pada demonstrasi, protes, dan pertemuan besar merupakan tugas yang berat dan perlu. Sebuah buku baru memberikan tinjauan internasional tentang pengalaman pengelolaan ketertiban umum dan praktik yang efektif. Melalui contoh-contoh praktis yang didasarkan pada teori dan sains multidisiplin, buku ini menawarkan peta jalan untuk meningkatkan respons polisi dan meningkatkan keselamatan pada pertemuan besar di negara-negara demokratis.
Buku, Pemolisian Ketertiban Umum: Panduan Profesional untuk Teori Internasional, Studi Kasus, dan Praktik Terbaik, telah diedit oleh para peneliti di Universitas Nevada, Las Vegas (UNLV); Institut Pendidikan Lanjutan Kepolisian Bavaria; dan Biro Kepolisian Portland. Ini diterbitkan oleh Springer Cham pada Desember 2023.
“Pengelolaan ketertiban umum yang sukses sangat penting untuk menegakkan demokrasi dan menjaga supremasi hukum,” menurut Tamara D. Herold, profesor peradilan pidana di UNLV dan penasihat senior di National Institute of Justice, salah satu editor buku tersebut. “Interaksi negatif polisi-masyarakat dapat membahayakan keselamatan dan kesejahteraan warga dan petugas, serta persepsi lokal dan internasional mengenai legitimasi polisi.”
Herold adalah seorang ahli yang karyanya dipromosikan oleh NCJA Crime and Justice Research Alliance, yang didanai oleh National Criminal Justice Association.
Dalam 21 bab yang ditulis oleh para peneliti dan pejabat kepolisian di Amerika Serikat, Eropa, dan Kanada, buku ini menyajikan strategi-strategi mutakhir, berbasis bukti, dan berhasil dalam merencanakan, melaksanakan, dan menganalisis peristiwa kerumunan. Bab-bab ini didasarkan pada penelitian dari bidang sosiologi, kriminologi, psikologi, dan etika, serta pekerjaan praktis kepolisian.
Bab-bab ini membahas berbagai topik, termasuk kemunculan dan eskalasi kekerasan kolektif; de-eskalasi; mencegah kejahatan pada pertemuan besar; intelijen dalam kepolisian ketertiban umum; penggunaan kekerasan dalam menjaga ketertiban umum; dan pemberontakan tanggal 6 Januari di US Capitol sebagai tantangan bagi kebijakan ketertiban umum dan demokrasi.
“Seperti yang telah kita lihat di seluruh dunia, termasuk pertemuan di Amerika Serikat, Myanmar, Belarus, Rusia, dan negara lain, kesalahan manajemen polisi dalam demonstrasi massal sering kali memicu kekerasan massa dan perilaku berbahaya lainnya,” kata Herold. “Penyebab kekerasan dalam pertemuan sangatlah kompleks dan beragam, dan kegagalan untuk memahami dinamika massa yang mengarah pada kekerasan membatasi efektivitas polisi dan berkontribusi pada buruknya pengambilan keputusan oleh petugas.”
Isi, perspektif, dan pembelajaran yang disajikan dalam buku ini dimaksudkan untuk memandu orang-orang yang bekerja di bidang pengelolaan ketertiban umum, termasuk pejabat kepolisian, pembuat kebijakan, dan peneliti.